Pengertian Metode Think Talk Write
Jejak Pendidikan- Metode berasal dari kata “method” yang berarti cara. Dalam pemakaian umum, metode diartikan sebagai suatu cara atau prosedur yang dipakai untuk mencapai tujuan tertentu. Menurut M. Saekan Muchith dalam bukunya yang berjudul Cooperative Learning menjelaskan bahwa metode merupakan istilah yang seringkali digunakan dalam pembelajaran. Pembelajaran tanpa metode tidak akan dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Dimana metode merupakan upaya untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. Selain itu, metode digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan.
Baik atau buruk suatu metode terletak dari aspek yang melingkupinya. Metode yang baik adalah metode yang memiliki kriteria sebagai berikut: sesuai dengan tujuan, sesuai dengan kemampuan guru dan siswa, sesuai dengan sarana yang dimiliki, sesuai dengan jenis materi yang akan disampaikan, sesuai dengan waktu yang disediakan. Jadi, dengan menggunakan metode dalam pembelajaran diharapkan tumbuh berbagai kegiatan belajar siswa sehubungan dengan kegiatan mengajar guru. dengan kata lain terciptalah interaksi edukatif. Dalam interaksi ini guru berperan sebagai penggerak dan pembimbing, sedangkan siswa berperan sebagai penerima atau yang dibimbing. Proses ini akan berjalan baik jika siswa lebih aktif dibandingkan dengan guru.
oleh karena itu semakin tepat metode yang digunakan oleh guru dalam mengajar, diharapkan makin efektif pula pencapaian tujuan pembelajaran sebab penggunaan metode yang tidak sesuai dengan tujuan pengajaran akan menjadi kendala dalam pencapaian tujuan yang telah dirumuskan. Secara etimologi, think diartikan dengan berfikir, talk diartikan berbicara, sedangkan write diartikan sebagai menulis. Jadi think talk write bisa diartikan sebagai metode pembelajaran yang dimulai dengan berfikir melalui bacaan, hasil bacaannya dikomunikasikan dengan diskusi dan kemudian menuliskan hasil dari diskusi tersebut. Model yang diperkenalkan oleh Huinker dan Laughlin ini pada dasarnya dibangun melalui berpikir, berbicara dan menulis. Alur kemajuan think talk write dimulai dari keterlibatan siswa dalam proses berpikir atau berdialog dengan dirinya sendiri setelah proses membaca. Selanjutnya, berbicara dan membagi ide (sharing) dengan temannya sebelum menulis. Suasana seperti ini lebih efektif jika dilakukan dalam kelompok heterogen dengan 3-5 siswa.
Aktivitas berpikir (think) dapat dilihat dari proses membaca suatu teks bacaan kemudian membuat catatan apa yang telah dibaca. Dalam tahap ini, siswa secara individu memikirkan kemungkinan jawaban (strategi penyelesaian), membuat catatan apa yang telah dibaca, baik itu berupa apa yang diketahuinya, maupun langkahlangkah penyelesaian dalam bahasanya sendiri. Setelah tahap think selesai dilanjutkan dengan tahap talk, yaitu berkomunikasi dengan menggunakan kata-kata dan bahasa yang mereka pahami. Fase berkomunikasi (talk) pada strategi ini memungkinkan siswa untuk terampil berbicara.
Secara alami dan mudah, proses komunikasi dapat dibangun di kelas dan dimanfaatkan sebagai alat sebelum menulis. Pemahaman dibangun melalui diskusi. Pada tahap berbicara atau talk, tugas guru adalah sebagai fasilitator dan motivator. Sebagai fasilitator, guru senantiasa harus memberi arahan dan bimbingan kepada kelompok yang mengalami kesulitan, terutama dalam hal materi, baik itu diminta maupun tidak diminta.
Pada tahap talk (komunikasi lisan) dapat digunakan dalam segala macam situasi belajar. Bagi kelas-kelas rendah SD mungkin komunikasi lisannya yang paling efektif. Selain efektif, komunikasi lisan memberikan banyak manfaat seperti memberi bimbingan belajar, memberikan umpan balik, atau memulai topik baru serta membantu kolaborasi dan meningkatkan aktifitas belajar dalam kelas.
Fase write yaitu menuliskan hasil diskusi atau pada lembar kerja yang disediakan (LKS). Aktivitas menulis berarti menkonstruksi ide. Karena setelah berdiskusi antar teman kemudian mengungkapkannya melalui tulisan.
Aktivitas menulis akan membantu siswa dalam membuat hubungan dan juga memungkinkan guru dapat melihat pengembangan konsep siswa. Aktivitas menulis siswa bagi guru dapat memantau kesalahan siswa.
Dari beberapa teori di atas dapat disimpulkan bahwa proses think talk write terjadi tidak hanya dari aktivitas peserta didik. Sebagai motivator, guru senantiasa memberi dorongan kepada siswa yang merasa kurang percaya diri terhadap hasil pekerjaannya dan atau kelompok siswa yang mendapatkan jalan buntu untuk menentukan suatu jawaban yang kemudian dijabarkan lewat lisan maupun tulisan.
Baik atau buruk suatu metode terletak dari aspek yang melingkupinya. Metode yang baik adalah metode yang memiliki kriteria sebagai berikut: sesuai dengan tujuan, sesuai dengan kemampuan guru dan siswa, sesuai dengan sarana yang dimiliki, sesuai dengan jenis materi yang akan disampaikan, sesuai dengan waktu yang disediakan. Jadi, dengan menggunakan metode dalam pembelajaran diharapkan tumbuh berbagai kegiatan belajar siswa sehubungan dengan kegiatan mengajar guru. dengan kata lain terciptalah interaksi edukatif. Dalam interaksi ini guru berperan sebagai penggerak dan pembimbing, sedangkan siswa berperan sebagai penerima atau yang dibimbing. Proses ini akan berjalan baik jika siswa lebih aktif dibandingkan dengan guru.
oleh karena itu semakin tepat metode yang digunakan oleh guru dalam mengajar, diharapkan makin efektif pula pencapaian tujuan pembelajaran sebab penggunaan metode yang tidak sesuai dengan tujuan pengajaran akan menjadi kendala dalam pencapaian tujuan yang telah dirumuskan. Secara etimologi, think diartikan dengan berfikir, talk diartikan berbicara, sedangkan write diartikan sebagai menulis. Jadi think talk write bisa diartikan sebagai metode pembelajaran yang dimulai dengan berfikir melalui bacaan, hasil bacaannya dikomunikasikan dengan diskusi dan kemudian menuliskan hasil dari diskusi tersebut. Model yang diperkenalkan oleh Huinker dan Laughlin ini pada dasarnya dibangun melalui berpikir, berbicara dan menulis. Alur kemajuan think talk write dimulai dari keterlibatan siswa dalam proses berpikir atau berdialog dengan dirinya sendiri setelah proses membaca. Selanjutnya, berbicara dan membagi ide (sharing) dengan temannya sebelum menulis. Suasana seperti ini lebih efektif jika dilakukan dalam kelompok heterogen dengan 3-5 siswa.
Aktivitas berpikir (think) dapat dilihat dari proses membaca suatu teks bacaan kemudian membuat catatan apa yang telah dibaca. Dalam tahap ini, siswa secara individu memikirkan kemungkinan jawaban (strategi penyelesaian), membuat catatan apa yang telah dibaca, baik itu berupa apa yang diketahuinya, maupun langkahlangkah penyelesaian dalam bahasanya sendiri. Setelah tahap think selesai dilanjutkan dengan tahap talk, yaitu berkomunikasi dengan menggunakan kata-kata dan bahasa yang mereka pahami. Fase berkomunikasi (talk) pada strategi ini memungkinkan siswa untuk terampil berbicara.
Secara alami dan mudah, proses komunikasi dapat dibangun di kelas dan dimanfaatkan sebagai alat sebelum menulis. Pemahaman dibangun melalui diskusi. Pada tahap berbicara atau talk, tugas guru adalah sebagai fasilitator dan motivator. Sebagai fasilitator, guru senantiasa harus memberi arahan dan bimbingan kepada kelompok yang mengalami kesulitan, terutama dalam hal materi, baik itu diminta maupun tidak diminta.
Pada tahap talk (komunikasi lisan) dapat digunakan dalam segala macam situasi belajar. Bagi kelas-kelas rendah SD mungkin komunikasi lisannya yang paling efektif. Selain efektif, komunikasi lisan memberikan banyak manfaat seperti memberi bimbingan belajar, memberikan umpan balik, atau memulai topik baru serta membantu kolaborasi dan meningkatkan aktifitas belajar dalam kelas.
Fase write yaitu menuliskan hasil diskusi atau pada lembar kerja yang disediakan (LKS). Aktivitas menulis berarti menkonstruksi ide. Karena setelah berdiskusi antar teman kemudian mengungkapkannya melalui tulisan.
Aktivitas menulis akan membantu siswa dalam membuat hubungan dan juga memungkinkan guru dapat melihat pengembangan konsep siswa. Aktivitas menulis siswa bagi guru dapat memantau kesalahan siswa.
Dari beberapa teori di atas dapat disimpulkan bahwa proses think talk write terjadi tidak hanya dari aktivitas peserta didik. Sebagai motivator, guru senantiasa memberi dorongan kepada siswa yang merasa kurang percaya diri terhadap hasil pekerjaannya dan atau kelompok siswa yang mendapatkan jalan buntu untuk menentukan suatu jawaban yang kemudian dijabarkan lewat lisan maupun tulisan.
Sumber:
- Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2011),
- M. Saekan Muchith, dkk, Coorperative Learning, (Semarang: Rasail, 2010)
0 Response to "Pengertian Metode Think Talk Write"
Post a Comment