Apa itu Takfirisme | Asal-usul dan Perkembangannya

Asal-usul Takfirisme

Di suatu subuh, pada 14 Ramadhan tahun 40 Hijriyah, tiga orang militan yang menyimpan rencana pembunuhan berusaha mencari saat yang tepat untuk membunuh 3 orang tokoh terpenting umat Islam  di Makkah saa itu. Mereka, al-Barrak bin Abdullah, ‘Amr bin Bakr, dan Abdurahman bin  Muljam, adalah anggota dari kelompok Khawarij. 

Khawarij merupakan kelompok yang berisi orang-orang yang memisahkan diri (dari mainstream Muslim) yang tidak puas terhadap cara-cara para pemimpin mereka mengelola urusan-urusan umat. Membunuh 3 pemimpin terpenting yang ada akan membuka jalan bagi mereka untuk menguasai pemerintahan dan menerapkan ideologi yang mereka anggap benar.

Lalu, Siapa Khawarij ini? Mereka awalnya adalah pengikut salah seorang dari 3 pemimpin yang sedang mereka rencanakan pembunuhannya itu, Ali ibn Abi Thalib, khalifah yang sah pada saat itu, tapi mereka tak setuju pada kesediaan sang Khalifah untuk menoleransi thakim (arbritrase) antara sang Khalifah dengan musuhnya Mu’awiyah bin Abi Sufyan melalui orang yang ditunjuknya, yakni ‘Amr bin ‘Ash. 

Mereka melihat Mu’awiyah sebagai pemberontak terhadap kekhalifahan yang sah (bughat), maka tak ada cara lain kecuali bahwa ia harus diperangi. Inilah menurut mereka, hukum Allah sebagaimana tertulis dalam kitan suci al-Qur’an. La hukma illa Allah (tak ada hukum kecuali hukum Allah). Akibat tak ditaatinya hukum Allah itu, chaos (fitnah) pun berkepanjangan, dan kini terdapat dualisme pemerintahan ditengah kaum Muslim.

Dan, karena dianggap tak mau mengikuti hukum Allah, tak urung sang Khalifah pun dianggap kafir. Demikian pula Mu’awiyyah sang pemberontak dan ‘Amr bin ‘Ash. Maka, selain sang Khalifah mereka pun mengirim orang untuk membunuh Mu’awiyyah dan ‘Amr bin ‘Ash.

Fenomena Khawarij menandai terbentuknya fenomena takfirisme (takfiriyyah) dalam Islam. Yaitu perumusan suatu doktrin pengafiran yang mereka percayai mereka dasarkan pada ajaran al-Qur’an. 

Suatu doktrin yang menyebabkan seorang muslim yang shalat menghadap kiblat yang sama, melakukan berbagai kewajiban keagamaan, memiliki rukun-rukun kepercayaan yang sama, dapat dianggap sebagai kafir. Bukan hanya itu,, bahkan menjadi halal darahnya akibat pemberian status kafir itu.

Akhirnya sejarah mencatat, mereka gagal membunuh Mu’awiyyah dan ‘Amr bin ‘Ash, tapi berhasil menikam dan membunuh Khalifah Ali ketika sedang sholat Subuh di masjid.

Dua sampai tiga hari Khalifah Ali masih bertahan hidup sebelumnya akhirnya wafat. Di hari-hari itu Khalifah sempat memberikan wasiat kepada kedua anaknya; Hasan dan Husein. Dan di antara wasiatnya adalah, “Orang-orang (Khawarij) ini masih akan terus dilahirkan dari tulang-tulang sulbi ayah mereka.”

Sekarang, marilah kita lihat fenomena Takfirisme yang banyak terjadi diindonesia. Semua peristiwa tersebut dapat kita lihat dalam perspektif doktrinal-historis dan geopolitik global. Tunggu update selanjutnya...

Pengertian Takfirisme

Saat ini terbentuk banyak aliran yang secara khusus mengembangkan doktrin tentang takfir seperti kejadian diatas. Takfiriyyah bukanlah sekadar sikap suka mengafirkan kelompok-kelompok Muslim lain yang bukan kelompoknya, melainan mengembangkan doktrin khusus tentang takfir yang cukup berdasarkan pemahaman mereka tentang ajaran-ajaran agama sebagaimana terbaca dalam teks-teks keagamaan yang ada baik al-Qur’an, hadits, maupun pemikiran “kaum salaf”.

Di indonesia ada buku-buku semacam Aliran dan Paham Sesat di Indonesia karya Hartono Ahmad Jaiz atau Mulia dengan Madzab Salaf karangan Yazid bin Abdulkadir Jawas. Didalamnya didaftar puluhan kelompok Muslim yang dianggap sesat. Orang tak dapat menghindar dari kesan bahwa, dimata penulis semacam ini, hanya kelompok mereka sendiri yang benar dan kelompok lainnya sesat , bahkan kafir.

Jadi, takfiriyyah bukan sekadar pengafiran, melainkan pengafiran semua kelompok Muslim yang bukan kelompoknya. Yang didasarkan pada upaya perumusan doktrin takfir yang elaboratif dan indiskriminatif. Dan takfir dalam konteks ini tidak hanya terbatas pada tataran wacana dan bualan belaka, namun selalu dihubungkan dengan keluarnya seseorang dari agama dan ancaman pemusnahan didunia dan ketidakselamatan di akhirat akibat perbuatan kufur tersebut.

Contoh mengenai itu kita dapati pada kasus pengafiran yang dilancarkan oleh Imam Ghazali kepada para filsuf sebagaimana terungkap dalam bukunya Tahafut al-Falasifah.

Sekian artikel Apa itu Takfirisme | Asal-usul dan Perkembangannya. 

0 Response to "Apa itu Takfirisme | Asal-usul dan Perkembangannya"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel

Iklan Bawah Artikel